blabla

Now it's not the time to cry, now it's time to find out why ...

Pages

9.7.10

Aku berpapasan dengan dirinya lagi

Aku berpapasan dengan dirinya lagi, setelah lebih dari seminggu aku tidak melihat dia. Kali ini tempatnya berbeda dengan yang kemarin karena sekarang kita berpapasan di tangga gedung utara. Dia berjalan menuruni tangga itu sedangkan aku berjalan menuju lantai dua. Dan percakapan yang keluar tetap sama seperti biasanya. Aku selalu bertanya , “ kapan pulang Solo?? “. Dan dia juga balas bertanya itu. Lalu obrolan kami tak jauh dari saling mengejek satu sama lain. Aku selalu membanggakan rumahku yang berada di tengah kota dan mengejek tempat tinggalnya yang berada di pinggir kota. Selalu seperti itu. Hinaan-hinaan tidak penting yang selalu keluar dari mulut kita masing-masing. Tetapi aku menikmatinya. Karena setiap bertemu dia aku merasa ada perasaan berbeda yang turut menyertai diriku. Perasaan aneh tapi membuat hati ini gembira. Dan kuyakin dia juga merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan. Aku bisa melihat dari matanya.



Tidak sampai 5 menit dan percakapan ini terhenti. Dia kembali berjalan menuruni tangga dan diriku kembali menuju ruang kelas. Aku sempat menghentikan langkahku dan kembali memandang dirinya yang berjalan meninggalkanku hingga dia hilang dari pandangan mataku. Sempat muncul rasa sesal karena tidak bisa menahannya lebih lama disini, akan jauh lebih menyenangkan jika bisa lebih lama bercakap dengannya. Aku tidak tahu kapan lagi akan bisa bertemu dengannya. Aku sering bertemu dengannya seperti ini. Mengobrol hal yang sama dengan waktu yang tidak begitu lama. Kadang jika beruntung dalam seminggu aku bisa bertemu sampai 3 kali dengannya. Tetapi tak jarang juga aku hanya bisa menemukannya sekali dalam sebulan. Pernah juga dalam sebulan itu aku tidak melihatnya sama sekali, hingga tiga bulan kemudian baru bisa bertemu dengannya lagi. Dan sekarang adalah bulan September 2008. Bulan dimana tepat setahun aku mengenalnya.

$$$
Aku masih ingat hari dan peristiwa saat mengenal dia untuk yang pertama kali. Hari itu Sabtu, tanggal 8 September 2007. Di tempat berhawa sejuk bernama Wonolelo, Magelang. Saat itu adalah acara makrab kampusku dimana aku menjadi panitia bagian pemandu. Ketika acara mulai berlangsung, diadakanlah pembagian kelompok. Ada 6 orang mahasiswa baru yang menjadi anak panduku. Dia adalah salah satu dari keenam orang itu. Saat pertama berkenalan dirinya aku bisa merasakan perubahan yang terjadi di diriku, seperti orang yang tadinya ingin mati dengan bunuh diri menjadi sangat bersemangat dan kembali melanjutkan hidup. Hanya gara-gara mendengar dia dari Solo. Sangat sepele memang. Tapi itu sudah cukup membuatku ingin mengenal dia lebih jauh. Dan memang sepanjang acara makrab itu aku sangat menikmati kebersamaan dengan dirinya. Dengan yang lain juga, tapi dengan dirinyalah penyebab sesungguhnya aku ingin tetap berlama-lama disitu. Aku masih ingat ketika membantu dia turun ke sungai waktu semua rombongan peserta makrab menuju ke air terjun. Aku memegang tangannya supaya dia tidak terjatuh. Dan dari situ aku bisa melihat dia seperti memendam beban yang begitu dalam walau mungkin apa yang kupikirkan itu hanyalah perasaan sok peduliku.
Hingga acara makrab itu selesai, aku berfikir selesai pulalah kebersamaanku dengan dirinya. Dalam hati aku ingin mengenal dia lebih lanjut, aku ingin lebih sering mengobrol dengan dirinya berdua, aku ingin suatu hari nanti bisa berpergian sewaktu kita sama-sama di Solo, aku ingin mencari tahu apakah dia memang terbebani akan suatu hal atau tidak, dan banyak lagi keinginanku yang lain. Dan aku lalu tersadar bahwa aku tidak mungkin melakukan hal itu. Aku masih punya seseorang yang menunggu kepulanganku. Aku bukan seorang yang masih sendiri seperti 6 bulan yang lalu. Perasaan untuk mengenalnya harus kupendam dan kusingkirkan jauh-jauh karena aku sudah berhubungan dengan orang lain. Aku tidak ingin meyakiti orang yang sudah menunggu kepulanganku walau di dalam hatiku ada sisi lain yang menyuruhku untuk pergi menemuinya, masuk ke ruang tamu di hatinya, dan mencicipi kopi buatan tangannya.
$$$
Aku masih hidup di hari ini dengan beban hidup yang sudah semakin berkurang. Satu hal penyebabnya adalah urusan KKN yang membelengguku selama hampir setengah tahun sudah lewat. Semua ini gara-gara hubunganku dengan orang itu berakhir membuatku tidak bisa menikmati KKN yang sudah kurencanakan untuk menjadi saat-saat yang membahagiakan. Orang menyebalkan itu pula yang membuatku menjadi pesakitan dan terus terbebani untuk segera menyelesaikan KKN ini. Setengah tahun kulewati dengan berdiam diri. Seperti orang yang menunggu eksekusi, aku berusaha menjalani hidup dengan terus mencoba berbahagia walau hari demi hari selalu terbebani dengan hal-hal yang tidak pasti. Satu hal yang kusyukuri adalah aku punya banyak teman yanga membuatku terus bersemangat menjalani hari. Aku sangat berbahagia. Satu persatu masalah datang, tapi aku bisa bertahan hingga sekarang. Dan sekarang aku pantas merayakan kemenangan. Selamat tinggal terpuruk, teriakku kencang.
Hari ini adalah hari Jumat, 11 September 2009. Kelas pertama dari kuliahku Kode Etik. Aku masuk kelas dengan perasaan bahagia. Walau Jumat siang ini panasnya menyengat dan bertepatan dengan bulan puasa tapi tidak menyurutkan niatku untuk tetap berbahagia. Padahal aku tidak pernah menyukai kuliah di hari Jum’at, tapi entah kenapa kali ini berbeda. Aku melebarkan pandangan untuk melihat di sekitar, melihat siapa saja orang-orang yang berada di kelas ini. Dan muncul dirinya yang sedang duduk manis di deretan kananku. Untuk beberapa waktu aku terdiam, karena sudah berbulan-bulan aku tidak bertemu dengannya lagi. Terakhir kali dia menyelamatiku ketika ulang tahun, itupun hanya lewat facebook. Dan sekarang orang itu berada dalam satu ruangan denganku. Aku seperti mendapat souvenir yang berharga sebelum lulus S1 karena bisa sekelas dengannya. Dan entah kenapa, membayangkan satu semester ada satu hari dimana aku pasti bertemu dengannya, membuatku sangat bahagia. Hari ini adalah salah satu hari terbaikku.
$$$
Pagi-pagi tidak biasanya aku bangun dengan sejuta semangat seperti ini. Tapi aku tidak bermimpi, aku melakukannya dengan kesadaran sepenuh hati. Karena di hari ini aku akan bertemu dengan orang yang sudah kunantikan kehadirannya. Orang yang kucintai dan kusayang sejak awal tahun ini. Orang yang sudah dua bulan kunanti untuk melihat wajahnya lagi. Aku bangun pagi, cepat mandi, dan gosok gigi. Kupakai kaos baruku yang dua hari lalu kubeli hanya untuk menyambutnya. Kupakai celana jeans belelku, jaket cardigansku, dan sepatu Converse kebanggaanku. Tak lupa tas kecilku kubawa dan kumasukkan si Toto, kamera jadulku yang dulu dia pernah beri nama untuk memotret dirinya begitu dia turun dari pesawat nanti. Pagi ini masih pukul 7 pagi, tapi aku sudah berada di ring road utara, memacu sepeda motorku dengan kecepatan biasa menuju bandara Adi Sucipto menemui sesorang yang sudah lebih dari setengah tahun ini menjadi pacarku. Dan sejuknya udara pagi ini menambah gairah bertemu yang sudah semakin menggebu.
Aku sampai bandara pukul setengah 8 pagi. Kemarin dia bilang jika pesawatnya akan tiba pukul 8 pagi. Tapi baru saja ada sms masuk darinya yang menyebutkan bahwa pesawatnya delay dan baru berangkat pukul 9 dari rencana sebelumnya pukul 8. Jika dia berangkat pukul 9 maka sampai sini juga masih pukul 9 mengingat lama perjalanannya hanya 1 jam dan Lombok termasuk wilayah WITA sedangkan Jogja sendiri adalah WIB, masih satu setengah jam lagi. Satu setengah jam tidak berarti apa-apa jika aku sudah menunggunya selama 2 bulan. Aku tetap berada di ruang tunggu walau harus menunggu lama. Setengah jam kemudian, dari jendela ruang tunggu aku melihat pesawat Batavia Air mendarat di landasan. “Itu adalah pesawat yang kunaiki setengah tahun lalu !!”, batinku. Dan muncul orang-orang yang berjalan turun dari pesawat tapi aku tidak terlalu mempedulikan. Aku kembali melanjutkan aktivitasku membaca koran dan berharap waktu yang masih satu jam ini berlalu begitu cepat. Tiba-tiba ada orang yang menyentuh kepalaku dan mengusap-usapnya di depanku. Aku lalu mendongak melihat sosok orang itu. Dan tidak kusangka, ternyata orang itu adalah dirinya. Aku melihat wajahnya selama beberapa detik. Rasa haru muncul di hati dan naik hingga ke mata membuatku ingin menetes rasanya, tapi untung bisa tertahan. Dia tidak berubah. Masih seperti biasanya. Cuma agak kurus tidak seperti 2 bulan yang lalu. Tapi aku masih bisa merasakan kehangatan dan kenyamanan yang muncul tiap berada dekat dengannya. Aku ingin memeluknya erat-erat sebagai pelampiasan rindu yang tertahan selama dua bulan. Tapi kutahan karena ini adalah bulan puasa dan di dekat kami ramai orang-orang. Beberapa menit kemudian kita berdua pergi meninggalkan bandara dengan kecepatan yang biasa. Di dalam perjalanan tak henti-hentinya dia memelukku dari belakang, dan aku cuma bisa memandang wajahnya dari balik kaca spion. Dia tersenyum begitu manisnya. Dan aku sangat suka melihatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar